Pada tahun 2019 lalu, isu mengenai jual beli jabatan pernah mencuat, tapi Anies selaku gubernur DKI menyebutnya sebagai keluh kesah ASN, bukan aduan material. Sehingga jual beli jabatan pun disinggung sebagai tudingan, lantaran belum ada laporan dari pejabat yang mengetahui praktik tersebut di lingkungan DKI Jakarta.
Dan sekarang, baru-baru ini, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Gembong Warsono bicara tentang jual beli jabatan di bawah kepemimpinan Anies.
Dalam rapat Komisi A DPRD Provinsi DKI Jakarta tahun 2022, Gembong Warsono menyebutkan bahwa dia mendengar persoalan ASN mengenai jual beli jabatan.
“Hari ini saya mendengarkan persoalan ASN kita dalam penempatan jual beli (jabatan), saya sudah berbisik-bisik berapa kali saya sampaikan kepada pak asisten dan pak inspektorat,” katanya.
Dia menyinggung tentang jabatan lurah yang tidak bisa diisi berpuluh-puluh tahun, lantaran ada praktik jual beli. “Karena tarik menarik jual beli jabatan, sudah berapa oknum saya temukan. Orang itu berani mengatakan hanya untuk digeser, naik sedikit saja minta 60 juta,” katanya.
Jika ini memang benar, maka kondisi Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan memang sangat parah. Jual beli jabatan sebenarnya bukan rahasia umum, karena rata-rata masyarakat juga tahu akan hal ini.
Di negara ini, praktik suap, sogok-menyogok dan KKN adalah hal yang sudah capek kita dengar. Seolah bukan Indonesia namanya jika tidak ada hal seperti itu.
Tapi kalau ada banyak hal seperti itu di bawah kepemimpinan Anies, maka kita pun tak heran. Apa yang bisa diharapkan apalagi dibanggakan dari Anies?
Kerja tak becus, pintarnya hanya di bidang penataan kata dan kalimat. TGUPP yang dia pilih, jumlahnya bejibun sampai bikin geleng-geleng kepala. Jumlahnya lebih banyak dari jumlah menteri Jokowi, tapi hasil kerjanya entah apa. Betapa banyak hal yang bisa luput dari pantauan Anies yang memang sepertinya tak pernah dipantau Anies.
Anggaran sering bocor dan kelebihan bayar. Anies kerjanya apa? Pantau ikan cupang?
TGUPP bidang pencegahan korupsi kerjanya apa? Melihat drama Korea?
Makanya saya gregetan ketika Ahok dulu mengatakan banyak yang tidak senang dengan dirinya dan berharap dia tak jadi gubernur. Ahok bahkan geram dan mengatakan, dia akan bekerja sampai masa jabatan habis lalu silakan yang lain pesta pora.
Ada Ahok, semua terjepit bisa leluasa melakukan hal melenceng. Ahok kalah pilgub, semua pesta pora. 5 tahun penderitaan diawasi pemimpin tegas, akhirnya merdeka. Dan sekarang terbukti benar, kan? Yang dulu menderita akhirnya bisa bebas pesta pora.
Soal jual beli jabatan, kalau ditanya pada Anies, mungkin jawabannya bakal normatif, atau ngeles atau minta bantuan Wagub DKI untuk memberikan penjelasan lengkap.
Anies tidak fokus lagi. Disuruh cabut Pergub penggusuran era Ahok saja sudah tak bisa dipenuhi. Anies sedang sibuk pamer JIS. Apa-apa dilaksanakan di JIS atau sirkuit Formula E. Bila perlu lomba balap siput pun digelar di JIS.
Anies adalah salah satu pemimpin paling tak berguna yang pernah ada di negara ini. Tak bisa kerja tapi dipelintir jadi sebuah prestasi membanggakan. Seperti misalnya pembangunan rusun. Dibilangnya pecah rekor pembangunan 7 ribuan unit rusun, padahal pada 2017 lalu, di era gubernur sebelumnya, bisa dibangun 6 ribuan unit dalam setahun.
Ibarang orang lain nilai ujian 80 biasa-biasa saja. Anies nilainya hanya 50 tapi dibilang prestasi yang mengagumkan dan pecah rekor, hahaha. Koplak, kan? Jadi bisa dikatakan, yang mendukung Anies adalah mereka yang satu frekuensi dengan Anies. Seperti kata pepatah, sesama pencundang akan saling mendukung satu sama lain.
Bagaimana DKI Jakarta bisa maju jika pemimpinnya seperti Anies, anggaran tidak diawasi ketat, bawahannya tak jelas kerjanya dan jabatan banyak diisi orang tidak kompeten diakibatkan oleh jual beli jabatan?
Jangankan memajukan Jakarta, sekadar menepati janji kampanye saja sulitnya bukan main. Buktinya adalah rumah DP nol rupiah, naturalisasi sungai, OK OCE, tidak menggusur dll. Semua itu hanya pemanis untuk menarik warga yang mudah dibohongi.
Discussion about this post