Dinamika politik terus terjadi seiring makin dekatnya tahun politik 2024. Partai politik terus berbenah, bermanuver demi kesuksesan dan kejayaan partai politik masing-masing. Partai politik tentu saja tidak mau jika nanti menjadi pihak yang kalah dan menjadi oposisi.
Memang menjadi oposisi bukanlah sesuatu yang salah, tetapi menjadi oposisi sama saja mengalami kekalahan. Pihak yang kalah tidak mendapat apa-apa, kekuasaan, jabatan dan euforia dimiliki oleh mereka sang pemenang.
Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS merupakan tiga partai yang sudah cukup lama melakukan pendekatan. Tetapi sampai saat ini belum juga resmi membentuk koalisi. Nama “Koalisi Perubahan” sudah disiapkan tapi kesepakatan belum juga tercapai.
Rencana deklarasi di hari istimewa yakni hari Pahlawan tidak bisa terjadi. Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya mengatakan ‘Koalisi Perubahan’ bersama calon mitra koalisi Partai Demokrat dan PKS batal dideklarasikan pada 10 November. Willy menyebut deklarasi itu kemungkinan akan dilakukan akhir tahun.
Kira-kira kenapa mereka tidak jadi deklarasi pada hari Pahlawan? Pertama, adalah masalah posisi calon wakil presiden yang belum juga mencapai kata sepakat. Partai Demokrat sodorkan nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan PKS usung Ahmad Heryawan (Aher).
Mana yang terpilih apakah AHY atau Aher?. Alot mencapai kata sepakat karena dua partai ini saling mengunci. Kekuatan mereka relatif sama jadi akan terjadi perebutan seimbang yang sangat ketat.
Masalah posisi calon wakil presiden akan menjadi hal yang paling susah mencapai kata sepakat. Hal ini pula yang mengancam Koalisi Perubahan untuk bubar. Apalagi konon katanya Partai Demokrat sedang digoda oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Sedangkan PKS sedang digoda oleh koalisi Gerindra-PKB.
Kedua Demokrat dan PKS tentu ingin coat-tail effect atau efek ekor jas demi menghindari ‘bedol desa’ pendukung yang perlahan hijrah ke NasDem. PKS misalnya layak ketar-ketir jika tak bisa majukan Aher karena pemilih Anies yang selama ini ke PKS mulai pindah ke NasDem.
Oleh sebab itu PKS butuh seseorang yang mampu memberikan efek agar pemilihnya tidak pindah. Begitu pula dengan Demokrat, sebagian pemilihnya mulai melirik NasDem. Hanya saja Demokrat diuntungkan figur AHY yang sering masuk radar lembaga survei maju di Pilpres 2024.
Ketiga, deklarasi sengaja diundur mungkin untuk terus mendapatkan porsi ruang publik agar terus memperbincangkan, menyoroti koalisi perubahan. Waktu yang cukup lama menuju Februari 2024 harus disesuaikan agar Koalisi Perubahan tetap konsisten dan makin populer di mata masyarakat Indonesia.
Koalisi Perubahan terancam gagal terwujud, karena memiliki masalah yang konflek khususnya masalah posisi cawapres. Kemampuan mereka melobi akan diuji demi terwujudnya Koalisi Perubahan.
Discussion about this post