Deklarasi koalisi antara Nasdem, PKS dan Demokrat yang rencananya akan dilakukan pada 10 November seperti yang diinginkan Nasdem ternyata batal.
Banyak spekulasi terkait penyebab batalnya deklarasi tersebut. Nasdem sendiri tidak menjelaskan dengan detil. Sisanya hanya menjelaskan seadanya dan normatif sehingga tidak diketahui dengan pasti apa penyebab pembatalan tersebut. Hanya saja, alasan yang viral adalah bandar belum sepakat, seperti yang pernah dikatakan oleh Fahri Hamzah, entah benar atau hanya guyonan.
Tapi Partai Demokrat malah melontarkan sebuah kelucuan. Demokrat mengklaim rakyat sudah tak sabar dengan deklarasi dan perubahan.
“Momentum deklarasi koalisi bisa menjadi game changer. Mengubah peta kontestasi saat ini. Titik awal yang bisa membuat Koalisi Perubahan melaju semakin kencang. Seperti disampaikan oleh Ketum PD AHY, setelah deklarasi hanya ada gerak maju,” kata Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Herzaky Mahendra Putra.
Dia mengatakan masih membutuhkan waktu dalam mempersiapkan deklarasi tersebut. Saat ini ‘Koalisi Perubahan’ juga tengah mendalami permasalahan yang tengah didera oleh masyarakat, salah satunya penegakan hukum yang belum adil.
“Tentu butuh waktu dalam persiapannya. Karena bagaimanapun, ada harapan besar dari masyarakat yang kini ditumpukan kepada Koalisi Perubahan. Rakyat menanti-nanti, kapan koalisi ini akan dideklarasikan. Rakyat sudah tidak sabar lagi, ingin ada perubahan dan perbaikan di negeri ini,” kata Herzaky.
“Perubahan seperti apa dan bagaimana mewujudkannya, agar ada perbaikan dalam kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia. Lalu, sosok seperti apa yang bisa mewujudkan dan mengawal program-program ini. Apa kriteria capres-cawapres paling tepat dan mekanisme penentuannya,” kata Herzaky.
“Jadi, bahas-bahas cawapres ini hanya salah satu bagian saja dari sekian banyak hal yang sudah kami bahas dan sepakati. Tentunya kami masih berproses. Mana pasangan yang benar-benar wajah dari perubahan itu sendiri, dan berpeluang besar mendulang kemenangan di Pilpres 2024 serta mendukung pemenangan kami bertiga di Pileg 2024,” katanya lagi.
Pinter banget alasannya. Deklarasi koalisi batal, tapi bilangnya rakyat sudah tidak sabar dengan deklarasi dan perubahan.
Perubahan apa? Perubahan ke arah yang lebih mangkrak dan prihatin?
Paling cuma perubahan nama jalan, membolak-balik istilah rumah sakit, mengganti istilah penggusuran jadi penggeseran, banjir menjadi parkir air, mark-up menjadi kelebihan bayar dll yang tidak penting bagi rakyat.
Rakyat sudah tidak sabar dengan pemimpin yang hanya bisa cuap-cuap dan tidak bisa kerja?
Perasaan rakyat tidak menunggu mereka tuh. Mereka aja yang ke-geer-an merasa ditunggu dan diharapkan oleh rakyat. Padahal rakyat tidak peduli sama sekali, masa bodo dengan koalisi ini.
Rakyat malah berharap lebih baik koalisi ini bubar saja, jalan sendiri-sendiri, sehingga tidak usah mengusung capres. Cukup duduk di pojokan dan jadi penonton saja. Ini jauh lebih baik ketimbang ikutan pilpres dan mengusung pemimpin yang tidak layak.
Rakyat mana yang tidak sabar? Itu jelas-jelas koalisi gagal karena masalah siapa yang harus jadi cawapres. Tidak deal soal sosok cawapres. Masing-masing tarik ulur, ada yang mau menang saja, dan kalau harus mengalah, ada konsekuensi dan timbal balik yang harus sepantasnya . Gitu aja kok repot. Tidak usah bicara panjang lebar, dikira rakyat bodoh apa?
Narasi-narasi model begini sudah basi deh. Mereka bilang perubahan. Tapi biasanya ujung-ujungnya perubahan itu bukan nasib rakyat yang berubah tapi nasib mereka yang selama ini di luar kekuasaan yang ingin berubah menjadi penguasa. Rakyat hanya jadi alat politik untuk mencapai tujuan tersebut.
Sudahlah, ini rahasia umum. Siapa pun tahu, Demokrat dkk sudah 10 tahun kering dan jadi oposisi. Mereka mulai tidak nyaman, sudah tidak sabar untuk kembali menduduki kursi empuk.
Lagipula kalau pun rakyat beneran sudah tidak sabar dengan perubahan, kenapa deklarasi koalisi ditunda? Harusnya langsung cepat-cepat deklarasi biar rakyat tahu. Kenapa ditunda? Ibarat test market sudah bagus menurut mereka, tapi masih juga ditunda. Ini namanya membuang peluang dan momentum. Rugi dong kalau tidak manfaatkan momentum.
Coba kalau dipastikan AHY cawapres Anies, pasti beda lagi ceritanya, hehehe.
Discussion about this post