Beberapa waktu lalu, PKS diterpa isu ditawari jatah dua kursi menteri supaya PKS menarik dukungan terhadap Anies di Pilpres 2024.
Isu tersebut sampai ramai dibahas di Twitter. Ada unggahan yang menyebutkan kabar liar PKS ditawari 2 kursi menteri sebelum disambar akun Said Didu. Said Didu juga mengaku mendengar kabar lain yaitu salah satu pengusaha siap memberikan dana besar agar PKS menarik dukungan.
PKS kemudian klarifikasi dan mengaku itu fitnah.
Tidak lama kemudian, Demokrat juga ikut-ikutan membuat drama seperti ini. Persis malah.
Partai Demokrat mengungkap ada banyak godaan yang ditawarkan berbagai pihak agar tidak berkoalisi dengan Nasdem dan PKS untuk mengusung Anies.
Partai Demokrat menyebut tawaran termasuk posisi bergabung ke dalam pemerintahan.
“Bermacam-macam (termasuk posisi menteri). Namanya teman sama teman. Kalau diskusi dan bicara, punya harapan kami bergabung, menawarkan ini itu, ya wajar-wajar saja. Godaan itu wajar datang. Namanya juga orang usaha,” kata Jubir Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra.
Herzaky mengaku mereka tidak pernah tergoda dengan tawaran itu. Demokrat akan fokus dan konsisten bersama NasDem dan PKS.
“Kami tetap teguh tak tergoda. Kami fokus dan konsisten bersama teman-teman NasDem dan PKS merintis koalisi perubahan. Bersama rakyat memperjuangkan perubahan dan perbaikan,” ucapnya.
Apakah kalian percaya? Hahaha.
Kalau saya sih tidak percaya. Demokrat kok dipercaya?
Namanya blunder kalau sampai menawari Demokrat dengan jatah menteri. Belum lama ini PKS kena isu yang sama persis, sekarang Demokrat juga ikutan. Jelas sekali mereka seolah sedang koordinasi agar mereka terlihat sangat berpengaruh sehingga mau ditawari jatah jabatan untuk tidak mendukung Anies.
Kalau ada partai lain ajak koalisi, itu sudah biasa. Tapi yang menggelikan adalah narasi bahwa itu adalah upaya untuk menghentikan langkah Anies. Demokrat dan PKS memang cocok bersatu. Drama mereka sama jenisnya. Merasa hebat padahal partai yang sedang megap-megap berada di papan bawah agar tidak masuk jurang bawah ambang batas parlemen.
“Karena ada harapan yang begitu kuat kepada kami, untuk bisa mewujudkan perubahan dan perbaikan di negeri ini. Agar ekonomi bisa segera pulih, demokrasi semakin membaik, penegakan hukum dan keadilan berlaku sama untuk semua,” kata dia.
Halu banget, kan? Entah siapa yang begitu berharap pada mereka untuk membawa perubahan dan perbaikan. Hanya orang yang halu yang menaruh harapan pada mereka, hehehe.
Herzaky mengapresiasi tawaran dan ajakan untuk bergabung ke dalam pemerintahan. Hebatnya lagi, dia menyebut tak hanya tawaran yang masuk, Demokrat katanya juga menerima ancaman dan serangan.
“Masih kami apresiasi teman-teman datang, mengajak bergabung, memberikan beberapa opsi tawaran-tawaran. Daripada ada yang merasa paling berkuasa, lupa kalau ada Yang Maha Kuasa, dan ada rakyat yang siap melawan kesewenang-wenangan. Pakai ancam ini itu. Serang ini itu. Tapi, tidak perlu kami bahas dan ungkap ke publik. Karena timnya sudah menunggu untuk menyerang kami dengan framing playing victim dan sebagainya. Standar banget lah serangan-serangan murahan ala buzzer rendahan di dunia maya,” katanya.
Gaya ucapan seperti ini memang khas Demokrat, bukan? Biasanya sih ini model menggalang simpati agar Demokrat harum namanya.
Ayolah, rakyat sudah dibukakan matanya selama sepuluh tahun kepemimpinan mantan prihatin. Pertumbuhan ekonomi semu tapi dibilang meroket. Yang dihadiahkan kepada kita malah mangkrak dan prihatin. Katakan tidak pada korupsi, padahal, kalian sudah tahu kenyataannya gimana.
Kalau partai yang ditawari sekelas PDIP dan Gerindra, masih terdengar masuk akal di telinga secara mereka adalah partai terbesar. Pantas didekati dengan berbagai macam tawaran politik. Lah, apa yang pantas dari Demokrat sehingga ditawari ini itu? Bukan partai besar, ketumnya tidak punya kharisma, tidak punya nilai jual politik sehingga koalisi agak goyang.
Entah siapa yang mau mengancam mereka. Wong tidak ada yang perlu merasa terancam dengan kehadiran Demokrat. Tanpa diapa-apain juga lama-lama bakal jeblok sendiri. Demokrat bukan kekuatan politik besar, bukan pula kuda hitam. Tidak ada yang merasa terancam dan resah dengan keberadaan mereka.
Discussion about this post