Pemilu 2024 mendatang bisa dibilang penentuan hidup dan mati Partai Demokrat. Pasalnya sejak Pemilu 2014 lalu hingga 2019, perolehan suara partai ini terus turun.
Dari yang awalnya Partai Demokrat mendapat suara 20,40 persen pada Pemilu 2009. Kemudian turun drastis menjadi 10,19 persen pada Pemilu 2014. Dan turun lagi menjadi 7,77 persen pada Pemilu 2019.
Artinya apa? Kalau partai ini tidak membuat gebrakan yang berarti alias kelakuan kadernya masih saja seperti Cipta Panca Laksana yang sibuk nyinyirin Jokowi, siap-siap perolehan suara Partai Demokrat turun lagi pada Pemilu 2024 mendatang.
Ya kalau perolehan suaranya di atas 4 persen. Masih ada perwakilan di parlemen. Kalau di bawah angka itu? Auto jadi partai gurem ferguso, alias jadi tidak ada bedanya dengan Partai Idaman.
Lantas, apa gebrakan yang mesti dilakukan oleh Partai Demokrat agar partai tersebut tetap punya perwakilan di DPR?
Minimal AHY jadi Cawapres. Syukur-syukur bisa jadi Capres.
Karena dengan AHY ikut bertarung di Pilpres maka Partai Demokrat akan mendapatkan efek ekor jas yang ini sangat-sangat membantu meningkatkan suara partai.
Lihat saja PDIP, dengan mengusung kadernya Jokowi sebagai Capres, partai itu bisa jadi partai pemenang Pemilu.
Coba kalau seandainya pada Pilpres 2019 lalu partai yang digawangi oleh Megawati tersebut mengusung Novel Bamukmin sebagai Capres yang notabene bukan kadernya. Bisa-bisa perolehan suara PDIP tidak akan sebanyak sekarang.
Hanya saja, ini juga masalahnya. Menjadikan kader sebagai Cawapres itu tidak semudah kata-kata Mario Teguh ferguso.
Kader Demokrat sibuk memperjuangkan AHY terpilih sebagai Cawapres Anies, PKS juga melakukan hal yang sama yakni memperjuangkan Aher sebagai pendamping Anies bertarung di Pilpres 2024.
Dan celakanya kalau soal pengalaman di politik, AHY tidak ada apa-apanya dibandingkan si Aher ini.
Wakil Ketua Majelis Syuro PKS itu pernah jadi Ketua Fraksi PKS DPRD DKI, Wakil Ketua DPRD DKI dan Gubernur Jabar dua periode.
Di samping itu, selama menjabat sebagai gubernur Jabar tidak kurang dari 75 prestasi yang berhasil dia raih.
Persoalan apakah prestasi tersebut benaran didapat atau beli, itu urusan lain. Akan tetapi mendapatkan banyak penghargaan jelas turut meningkatkan popularitasnya sebagai gubernur yang berprestasi.
Sedangkan AHY pengalaman politiknya hanya pernah jadi Cagub DKI, Ketua Korgasma dan Ketua Umum Partai Demokrat.
Itu pun jadi Cagub gagal dan jadi ketua umum partai hasil giveaway dari bapaknya SBY.
Nyalon gubernur DKI saja gagal, kok mau nyalon Wapres? Kan gak ada akhlak itu namanya.
Pengen ketawa tapi takut jadi Kadrun. Kwkwkwk
Dan langkah Partai Demokrat mendorong AHY ditunjuk sebagai Cawapres Anies itu tidak hanya terganjal oleh PKS tapi juga oleh NasDem.
Surya Paloh sebagai pemilik Partai NasDem sampai saat ini masih belum menyetujui Wan AHY jadi Cawapres Wan Anies.
Lantas, apa sebabnya?
Karena jika AHY yang jadi Cawapres Anies hanya akan menguntungkan Partai Demokrat saja. Bukan NasDem. Partai Demokrat yang akan mendapatkan banyak coattail effect, sementara NasDem tidak.
Namun karena ini menyangkut keberlangsungan Partai Demokrat, maka kadernya melakukan segala cara agar AHY terpilih jadi Cawapres Anies. Salah satunya adalah dengan sok perhatian sama NasDem.
Sebagaimana kita ketahui bahwa beberapa waktu yang lalu muncul isu kantor NasDem Aceh dilempari orang tidak dikenal pakai telur.
Kejadian ini yang coba dimanfaatkan oleh kader Demokrat untuk bikin statement seolah mereka peduli sama NasDem.
“Main lempar telur bisa memancing reaksi rakyat lebih keras lagi dan bisa melakukan hal yang sama bahkan lebih besar. Kegagalan membangun narasi keji di Medsos berarti rakyat tidak menyukai fitnah. Adu gagasan bukan adu lempar. Tapi pada siapa kita berharap karena presiden tidak netral,” ujar Kepala Bappilu Partai Demokrat yang juga mantan pemakai Narkoba jenis sabu Andi Arief dengan nada menghasut.
“Kami mengecam kejadian ini (pelemparan telur di kantor NasDem Aceh)! Jangan kotori ruang demokrasi kita dengan teror dan intimidasi,” tutur Wasekjen Partai Demokrat Jansen Sitindaon dengan nada sok bijak.
“Memalukan! Perbedaan pandangan dan pilihan dalam berdemokrasi harus disikapi dengan adu argumen dan saling lempar pendapat. Bukan adu jotos ataupun lempar telur busuk. Mau mengadukan perilaku ini ke aparat pun tidak bermanfaat karena presiden sudah tidak netral,” ungkap Kepala Bakomstra Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra dengan nada seperti tanpa bersalah.
Dan masih ada beberapa lagi kader Demokrat yang ber-statement terkait isu pelemparan telur busuk di kantor NasDem Aceh itu.
Hanya saja lucunya, mereka seolah menyalahkan presiden. Padahal apa pula untungnya Jokowi nyuruh pendukungnya melempar telur busuk ke kantor NasDem.Kayak gak ada kerjaan lain saja.
Pertanyaannya, kenapa kader Demokrat mengait-ngaitkan kasus yang menimpa NasDem Aceh itu dengan presiden?
Pertama, kader Demokrat memang gak suka atau benci sama Jokowi karena kinerja mantan presiden kebanggaannya yang juga mantan ketua umumnya SBY dikalahkan oleh Jokowi.
Kedua, supaya menyenangkan hati Surya Paloh. Karena sebelumnya atau tepatnya di acara Ultah Golkar, si brewok ini kena sindir habis-habisan oleh Jokowi.
Dengan menyerang Jokowi seolah Partai Demokrat membalaskan dendam Surya Paloh itu.
Akan tetapi, ini yang disebut dengan sia-sia alias mubazir yang berujung miris.
Kader Demokrat sudah bersusah payah membela NasDem Aceh serta menyerang Jokowi tapi tetap saja Paloh gak setuju AHY jadi Cawapres Anies. Kwkwkwk
Karena dia tahu kok kalau Partai Demokrat cuma cari muka saja.
Polisi sudah menjelaskan bahwa tidak ada kantor NasDem Aceh dilempari pakai telur busuk. Yang ada telur pecah ditemukan di jalan yang letaknya pun cukup jauh dari lokasi acara yakni sekitar 30 meter.
Artinya apa? Bisa saja ada orang beli telur di warung sekitar situ. Kemudian saat membawanya pulang tidak sengaja terjatuh. Lalu pecah.
“Telur pecah yang ada disampaikan, itu pecahnya di jalan. Bukan di kantor. Makanya jangan salah arti. Kalau nanti dibilang pecah di kantor, kami di situ jaga,” ungkap Kabag Ops Polresta Banda Aceh Kompol Iswahyudi.
Jadi kelihatan banget kan bagaimana jahatnya kader Demokrat.
Sudah menyebarkan hoax, nyalahkan Jokowi pula.
Kayaknya AHY perlu merestorasi kadernya dulu deh sebelum merestorasi Indonesia.
Discussion about this post