Dunia politik tanah air masih saja diramaikan dengan koalisi yang belum juga jadi-jadi dan bakal calon presiden yang sudah sibuk kampanye di berbagai daerah, melebihi kampanye capres beneran hehehe… Semuanya belum pasti, tapi lagaknya seperti udah pasti bakal menang di pemilu. Semua terburu-buru, grasa grusu, jadinya sembrono. Padahal, sebagai bagian dari koalisi pendukung pemerintahan Presiden Jokowi, harusnya kesatuan, kesejahteraan, keamanan dan kebaikan rakyat lah yang jadi pertimbangan.
Ada 270 juta rakyat lho yang bakal diurus oleh calon presiden itu. Maka partai politik harusnya menjadi pihak yang paling bijak dalam menentukan pilihannya. Harusnya bisa melihat rekam jejak dan kinerja si capres itu. Bukan sekedar citra semu yang hanya laku dijual pada kelompok anti pemerintah, kelompok yang anti Presiden Jokowi.
Oleh sebab itu, wajar jika kemudian Presiden Jokowi sampai 2 kali, memberi sentilan dan peringatan soal jangan sembrono pilih capres. Sampai 2 kali lho diucapkan. Pertama di acara HUT partai Golkar dan kedua di acara HUT partai Perindo. Karena rakyat melihat bagaimana pembangunan digeber oleh Presiden Jokowi. Bagaimana negara-negara dunia memuji kinerja Presiden Jokowi. Dan bagaimana kondisi ekonomi kita bertahan dengan sukses melawan imbas pandemi, dan berbagai macam krisis saat ini. Nah ini malah milih bakal capres yang merupakan antitesis-nya Presiden Jokowi. Sama saja kan dengan seperti memperlihatkan niat untuk menyabotase semua kerja keras pemerintahan Presiden Jokowi?
Mungkin karena niat yang busuk itu ya, jadi upayanya pun terhalang. Mau deklarasi koalisi nggak jadi-jadi. Dan ada saja kejadian buruk yang merusak citra bakal capresnya NasDem, Anies. Dari drama jadi korban pelemparan telur busuk yang gagal dimainkan. Lalu Anies yang gagal dicitrakan sebagai pemimpin merakyat, karena malah naik private jet. Kemudian panggung Anies yang ambruk. Dan yang terakhir ini adanya video viral soal balon Anies yang nyangkut. Ini kan kejadian sederhana ya, tapi cukup memalukan buat Anies.
Sudah dicuekin Jokowi, disentil habis di depan publik, capresnya pun kerap kena bully. Maka NasDem sepertinya butuh hal lain untuk tidak kehilangan muka di depan publik. Kesempatan pun muncul. Ketika timbul isu bahwa Gerindra akan kembali berkoalisi dengan PKS. Berawal dari omongan Fadli Zon yang menyatakan harapan agar Gerindra dan PKS bisa bergabung lagi bersama-sama. Di mana komunikasi politik di antara kedua partai ini katanya masih berjalan dinamis. Ini kemudian ditambah oleh petinggi partai Gerindra lainnya, Sufmi Dasco Ahmad, yang menyebut bahwa tidak ada istilah rujuk di antara Gerindra dan PKS, karena kedua partai tidak pernah bercerai. Dasco menyebut Gerindra berteman dengan PKS. Namun Dasco juga menerangkan bahwa perkataan Fadli Zon itu hanyalah pernyataan normatif. Jadi ditanggapi dengan santai saja.
Nah, ternyata, sikap PKS terhadap isu rujuk dengan Gerindra ini, ternyata memihak pada Koalisi Perubahan. Yakni bakal koalisi yang sedang direncanakan bersama NasDem dan Demokrat. PKS malah mengajak Gerindra untuk bergabung di koalisi mereka. Sembari mengungkap dan meminta balas budi. Dulu pada pilpres 2014 dan 2019, PKS mendukung Prabowo nyapres. Sekarang gantian buat 2024. Maksudnya gantian Gerindra yang diminta untuk mendukung pilihan PKS.
Melihat bahwa PKS ini malah meminta Gerindra bergabung di koalisi mereka, NasDem pun ikut bersuara. Sampai di sini, kita perlu membedakan hubungan Gerindra-PKS dengan Gerindra-NasDem. Ada perbedaan ya. Gerindra itu memang kawan lamanya PKS di ajang Pilpres ya. Sudah jadi sobat lama ya. Sedangkan NasDem kan enggak. Kalo kita ngomong dengan sobat lama kan beda ya. Walaupun ada ketidaksamaan, saling berseberangan, saling saingan, tapi kan gpp ngomong ini itu. Ngomong jelek pun ya gpp, paling jadi ketawa bareng. Karena udah akrab ya. Beda dengan NasDem yang bukan teman lama. Ini jadi konteks yang penting untuk dilihat, ketika NasDem ikut-ikutan bermanuver mengajak Gerindra bergabung di koalisi mereka.
Jika PKS hanya minta Gerindra mendukung pilihan PKS, maka ajakan NasDem lebih rinci. Bahwa NasDem berharap Gerindra gabung di Koalisi Perubahan, untuk mendukung Anies jadi presiden. Menyebut bahwa Prabowo bisa jadi wakilnya Anies, sebagai ca-wa-pres.
Edaaannn…. Ajakan PKS ke Gerindra, kemudian dibalas Gerindra dengan gantian mengajak PKS gabung ke koalisi yang sudah dibentuk oleh Gerindra dan PKB, dan ini bisa jadi berakhir dengan tertawa bersama. Namun, ajakan NasDem ini beda. Masak Prabowo mau dijadikan wakilnya Anies? Ini sih merendahkan, bahkan bisa saja, seperti kata seorang pengamat, bisa melukai hati Prabowo.
Ya iya lah, tanpa perlu memaparkan lagi sejarah Gerindra dan Anies, jelas-jelas Gerindra sudah mengumumkan bahwa Ketua Umumnya, Prabowo nyapres lagi di 2024. Ya masak Gerindra mau gabung ke koalisi lain dengan iming-iming dapat posisi cawapres. Prabowo pula yang ditawarin jadi cawapres. Jadi cawapres Anies pula. Ya jelas lah sangat sangat merendahkan seorang Prabowo.
Lha wong kader Gerindra itu banyak yang merasa kecewa dengan Anies, karena merasa Anies telah menikung Prabowo. Ini diungkap oleh salah satu petinggi partai Gerindra, Andre Rosiade. Andre pun mengungkap bahwa para kader Gerindra banyak yang geregetan sama Anies. Karena mereka dulu sudah bejuang habis-habisan mendukung dan memodali Anies. Prabowo disebut memodali Anies dan para kader Gerindra ini patungan rame-rame buat Anies. Namun sekarang ini, ketika Anies mau nyapres, Anies tidak memperlihatkan etika sama sekali. Harusnya Anies ngomong lah ke Prabowo, mohon doa restu gitu ya, ya yang sopan gitu lah.
Andre memaparkan hal ini dalam sebuah forum talk show di sebuah stasiun televisi ya. Di sana juga ada perwakilan dari partai NasDem. Nah, di sini lah, selain mengungkap ketidaksopanan Anies terhadap Prabowo. Andre Rosiade juga seakan membalas perlakuan partai NasDem terhadap Prabowo. Yang sebelumnya menawari Prabowo jadi cawapresnya Anies.
Andre memaparkan fakta di lapangan soal safari politik Anies di Sumatra Barat. Kebetulan Andre ini kan memang aslinya dari sana. Jadi dia tahu lah kejadian di sana ya. Dia membongkar hal memalukan di depan hidung petinggi NasDem di acara tv itu. Ternyata massa yang hadir menyambut Anies, maupun di acara Anies di Sumatra Barat itu, tidak sebanyak yang diharapkan dan digembar-gemborkan. Menurut Andre, pihak NasDem dan Anies mengklaim bahwa massa yang menyambut Anies itu jumlahnya mencapai puluhan ribu. Sedangkan kenyataannya yang hadir hanya 300 orang! 300 orang! Sedangkan di acara jalan sehat, yang sudah menyebarkan 55 ribu kupon dan disebut akan didatangi oleh puluhan ribu massa, ternyata yang datang hanya sekitar 2 ribu! Bandingkan ya, 55 ribu kupon disebar, yang akhirnya datang hanya 2 ribu. Itu fakta dan realita, kata Andre. Jangan sampai rakyat dininabobokan klaim yang ternyata tidak sesuai realita. Akhirnya Andre menyentil bahwa NasDem tidak semangat ketika bercerita soal safari politik Anies di Sumbar. Dengan kata lain, NasDem diduga menutup-nutupi kenyataan di lapangan, bahwa hanya sedikit massa yang menyambut Anies di sana. Dan ini berhasil men-skakmat NasDem! Hehehe…
Ini kok NasDem udah beneran mirip sama kadrun ya. Suka melebih-lebihkan. Pokoknya semua disebut 7 juta. Mau seribuan, puluhan ribu, sampai ratusan ribu. Pokoknya semua jumlah massa-nya itu 7 juta hehehe…
Discussion about this post