Tong kosong nyaring bunyinya. Mungkin peribahasa ini yang cocok untuk menggambarkan koalisi perubahan. Mereka terus ribut, berisik dan menyampaikan berbagai narasi tetapi seolah bergerak di tempat saja dalam proses membentuk koalisi.
Itulah yang bisa dibaca dari pernyataan-pernyataan partai pengusung koalisi perubahan. Pihak Partai Nasional Demokrat (NasDem) dengan jelas menyatakan bahwa koalisi perubahan sudah final.
“Jadi sudah disepakati berkoalisi, Koalisi Perubahan itu sudah sepakat, sudah final. Jadi Koalisi Perubahan, tiga partai, NasDem, Demokrat, PKS itu final. InsyaAllah itu sudah final, itu sudah sepakat,” kata Ketua DPP Partai NasDem Effendi Choirie seperti dikutip dari kompas.com.
Selain nama koalisi sudah final, pihak NasDem juga menyampaikan bahwa Anies Baswedan adalah calon presiden (capres) yang akan diusung bersama. Pihak ketiga partai hanya tinggal menunggu momentum saja untuk deklarasi.
Itulah klaim dari Partai NasDem. Apakah Partai Demokrat dan PKS juga melakukan klaim yang sama? Rupanya tidak. Keduanya sama-sama menyatakan bahwa masih ada proses internal yang belum selesai dalam rangka membangun koalisi dan menentukan capres.
“Kami menunggu keputusan Majelis Syuro. Karena kewenangan deklarasi koalisi dan capres itu ada di Majelis Syuro. Doakan akhir tahun ini Majelis Syuro akan menghasilkan keputusan yang terbaik. Nanti Pak Sohibul Iman sebagai wakil resmi PKS di tim kecil akan melaporkan terlebih dahulu ke Majelis Syuro. Mengenai keputusan ya kita tunggu Majelis Syuro,” kata juru bicara PKS, M Kholid, seperti dikutip dari kompas.tv.
Kok beda pernyataannya dengan NasDem? Keputusan belum diambil lho oleh PKS. Bisa-bisanya NasDem membuat klaim bahwa koalisi perubahan sudah final. Partai Demokrat sendiri juga memberi pernyataan yang mirip dengan PKS.
“Untuk deklarasi capres dan cawapres, kita tunggu keputusan Majelis Tinggi Partai (MTP). Karena sesuai dengan AD/ART Partai Demokrat Tahun 2020, keputusan untuk koalisi di Pilpres dan penentuan capres-cawapres berada di tangan MTP,” kata Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, seperti dikutip dari kompas.com.
Menurut Herzaky, ada dua arus besar di dalam tubuh Partai Demokrat. Arus pertama menghendaki AHY menjadi capres atau cawapres. Arus yang lain ingin agar pasangan Anies-AHY yang maju dalam kontestasi Pilpres 2024. Kedua pilihan itu masih terus dipelajari dan dicermati di internal partai.
Demokrat juga belum membuat keputusan lho ini. Mengapa NasDem begitu percaya diri bahwa koalisi sudah final? Sepertinya NasDem ingin mendesak PKS dan Demokrat untuk segera deklarasi. Sepertinya para petinggi NasDem mulai jengah dengan situasi sekarang karena mereka seolah sibuk sendiri untuk mengusung Anies. Kasihan juga sih tapi resiko pilihan NasDem sendiri kok itu.
Demokrat dan PKS sendiri sepertinya juga tidak mau larut dengan permainan NasDem. Mereka justru membuat manuver dengan mengadakan pertemuan antara SBY dengan Salim Segaf. Pertemuan itu seolah ingin mengatakan kepada NasDem bahwa bisa saja NasDem ditinggal oleh keduanya. Transaksi politik nampaknya memang benar-benar alot di antara ketiganya.
Ribut-ribut tiga partai ini menunjukkan bahwa koalisi perubahan rentan perpecahan. Belum terbentuk koalisi saja sudah ada perbedaan sikap dan pernyataan. NasDem sangat percaya diri bahwa koalisi akan terbentuk sementara Demokrat dan PKS masih ragu-ragu. Lebih baik memang tidak jadi terbentuk sih.
Discussion about this post