Pagi ini iseng-iseng saya mencari tahu lewat mesin pencari Google dengan kata-kata kunci “fungsi lubang resapan air” dan saya mendapatkan informasi paling atas begini:
“Membantu Mencegah Terjadinya Banjir Biasanya di daerah padat penduduk drainasenya buruk karena kurangnya daya serap air oleh tanah. Dengan membuat lubang resapan biopori, dapat membantu air untuk segera masuk ke dalam tanah. Selain itu, sampah organik yang ada di dalam lubang merupakan makanan dari cacing tanah.”
Saya baca bolak-balik, sambil geleng-geleng kepala dan goyangkan kepala, pundak, lutut, dan kaki … kok nggak ada satu pun kalimat yang menyatakan bahwa lubang resapan berfungsi untuk *menyerap anggaran daerah, buat pencitraan, dan sesekali boleh menjebloskan roda mobil kader partai hingga truk molen berukuran besar kayak di pemberitaan soal sumur resapan di Jakarta ya?
Program sumur resapan di Jakarta memang ajaib. Saking ajaibnya sampai warisan yang ditinggalkan lebih buruk daripada tinggalan rel kereta api pada masa penjajahan Belanda, yang masih bermanfaat selang 7 dekade kemudian. Eks Gubernur seiman malah meninggalkan warisan yang dalam hitungan bulan, sudah banyak dikeluhkan oleh masyarakat, jadi sindiran di mana-mana, bahkan jadi bahan tertawaan setiap kali orang menyebut atau membicarakan soal sumur resapan.
Ini baru menyebut atau membicarakan lho, bayangkan kalau sudah menjadi korban kayak supir truk kemarin yang kudu direpotkan karena truk yang dibawanya kejeblos, trus barangnya harus dipindahkan sebelum truk bisa melaju lagi. Belum kalau ada kerusakan di bagian as atau rodanya, apa nggak mimpi buruk setiap kali melewati jalanan Jakarta yang ada lubang atau sumur resapannya?
Itu kira-kira kalau nggak segera dilakukan audit sumurnya, besok njeblosin apa lagi ya? Mobil partai sudah pernah kena, trus sekarang truk molen, lantas besok model kendaraan apa lagi yang bisa “menguji kekuatan” sumur resapan itu?
Bicara soal lubang resapan, saya jadi ingat di jalanan yang menjadi rute harian saya bekerja, nggak pernah ada tuh cerita mobil terperosok gara-gara sumurnya ambles atau gagal menahan beban! Berarti konstruksi pembuatan lubang resapan di situ dikerjakan dengan baik kan?
Apakah ini berarti ada yang indikasi pembuatan sumur resapan dilakukan asal-asalan, kejar target jumlah agar memenuhi harapan gubernur seiman, atau yang penting terlihat kayak sumur resapan supaya bisa menyerap duit rakyat di APBD DKI Jakarta yang nggak sedikit itu?
Ah, kasihan Pak Heru … kudu bersihkan “piring kotor” tinggalan gubernur pendahulunya. Warga Jakarta pun kasihan, plus semakin was-was karena musim hujan masih berlangsung, karena khawatir akan kejeblos kayak mobil kader PSI dan truk molen itu. Bagaimana menurut Anda?
Discussion about this post