Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai Islam yang konsisten selalu berada di parlemen. Walaupun raihan suaranya hanya sekitar 10% tetapi mereka konsisten untuk selalu berada di lingkaran gedung DPR RI.
Hampir 15 tahun PKS menjadi pihak oposisi, satu dekade bersama Partai Gerindra dan 5 tahun terakhir bersama Partai Demokrat. Partai ini dikenal dengan kadernya yang militan, sehingga mampu mempertahankan suaranya agar tidak anjlok kurang dari 4%.
Seperti halnya partai lain, partai Islam ini mengalami pasang surut. Terakhir PKS mengalami badai perpecahan yang ditandai dengan keluarnya 2 tokoh utama partai yakni Fahri Hamzah yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI dan Anies Matta yang pernah jadi Presiden PKS.
Fahri Hamzah dan Anis Matta keluar dari PKS dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan prinsip politik mereka. Kemudian mereka mendirikan partai baru yakni Partai Gelombang Rakyat (Gelora).
Diprediksi Partai Gelora akan menggerogoti suara PKS karena gerbong Fahri Hamzah dan Anis Matta akan berpindah keluar dari PKS. Oleh karena itu PKS harus bersiap untuk melakukan segala hal agar raihan suaranya di Pemilu 2024 tidak ambyar.
Seiring makin dekatnya Pemilu 2024, PKS harus makin waspada karena muncul berita yang merupakan hasil survei. Ternyata popularitas PKS kalah oleh partai baru partai non parlemen.
Tingkat popularitas Partai Persatuan Indonesia (Perindo) mengungguli Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) berdasarkan hasil survei lembaga Indo Riset.
Sebanyak 78,5% responden mengetahui keberadaan Partai Perindo. Sedangkan tingkat popularitas PKS hanya sebesar 75,7%. PKS memang tidak mempunyai tokoh yang bisa mengangkat popularitas mereka. Sedangkan Partai Perindo mempunyai Harry Tanu dan TGB yang membawa Perindo lebih dikenal publik.
Hasil survei ini setidaknya bisa menjadi pengingat bagi PKS agar cepat melakukan antisipasi kemungkinan anjloknya raihan suara. Jika ini dibiarkan sangat mungkin di Pemilu nanti PKS akan mengalami kejatuhan suara yang signifikan.
Apalagi publik terus menyorot manuver PKS yang sedang melakukan pendekatan bersama Partai Demokrat dan Partai Nasdem. Mereka bertiga sampai saat ini belum juga deklarasi Koalisi Perubahan yang konon katanya akan mendukung Anies Baswedan sebagai Capres.
Jika publik menilai bahwa PKS tidak mampu membentuk koalisi dan tidak mampu menjadikan salah satu kadernya menjadi cawapres, maka kepercayaan masyarakat akan semakin berkurang. Akhirnya akan berdampak pada perolehan suara PKS di parlemen.
Selanjutnya, PKS wajib mempunyai tokoh yang populer serta mempunyai elektabilitas memadai jadi Capres atau Cawapres. PKS harus bekerja keras agar mampu melahirkan tokoh yang elektabilitasnya tinggi seperti Jokowi dan Ganjar Pranowo di PDI Perjuangan. Sehingga popularitas PKS tidak kalah apalagi oleh partai non parlemen.
Discussion about this post