Pukulan pertama buat Demokrat adalah kabar mengenai Wakil Ketua DPRD Solok, Sumatera Barat, bernama Lucky Effendi ditangkap polisi terkait kasus narkoba. Dia adalah kader partai demokrat.
Polisi menyebut dia ditangkap saat sedang melakukan transaksi sabu di tengah jalan. Dari penangkapan tersebut, diamankan satu paket sabu seharga Rp 1,2 juta.
Apa kata Demokrat?
Ya biasa lah. Merasa malu dan merasa dipermalukan. Mereka bilang kasus ini telah mencoreng wajah partai. Mereka serahkan penanganan kasus ini kepada aparat penegak hukum.
Anggap saja ini adalah cara halus untuk melepehin kadernya yang bermasalah. Sudah saya katakan berulang kali, Demokrat memiliki banyak kader yang bermasalah dan kontroversial. Mereka sering bikin ulah. Mereka sering bikin kegaduhan politik. Kadernya banyak yang tidak bermutu, begitu pula dengan AHY sebagai ketua umum. Sama-sama tidak punya kelebihan dan prestasi.
Pukulan kedua adalah mengenai kabar Gubernur Papua, Lukas Enembe. Setelah berbulan-bulan tarik ulur antara KPK dan Enembe, akhirnya KPK kembali menunjukkan taringnya. KPK berhasil menangkap Lukas, dan akan menerbangkannya ke Jakarta untuk diperiksa secara intensif.
Apa komentar Demokrat? Mereka hanya sekadar mengeluarkan 7 poin sikap terkait Enembe. Padahal kalau Demokrat tegas menolak korupsi, seharusnya meminta dia kooperatif dan memenuhi panggilan KPK.
Berbulan-bulan Lukas Enembe menolak diperiksa KPK. Permintaannya terlampau banyak, seolah dia itu raja. Dia maunya diperiksa di Papua. Dia mangkir panggilan KPK dengan alasan sakit dan harus berobat ke luar negeri. Bahkan sampai mengerahkan massa untuk menjaga rumahnya. Bahkan Pengacaranya sempat meminta agar KPK memeriksa Lukas Enembe di lapangan terbuka dengan menggunakan hukum adat, lantaran dia adalah kepala suku besar orang Papua.
Ini adalah pukulan telak buat Demokrat di mana dua kadernya ditangkap dalam jarak waktu yang berdekatan. Ini seperti kena uppercut dua kali. Belum reda sakitnya kena uppercut, malah kena yang kedua kalinya hingga gigi copot.
Pukulan berikutnya adalah AHY yang hingga kini tidak dilirik oleh partai lain untuk dijadikan sebagai calon wakil presiden. Duet Anies-AHY yang digadang-gadang bakal jadi duet maut, ternyata tidak kunjung diresmikan hingga saat ini. Yang artinya bisa disimpulkan bahwa duet ini masih meragukan. Ini sesuai dengan hasil survei yang menyatakan duet ini turun elektabilitasnya, kalah oleh Ganjar yang terlalu powerful bagi mereka.
Dengan ditangkapnya Lucky Effendi dan Lukas Enembe, nama Demokrat makin tercoreng meski dari awal sudah tercoreng berkat kepemimpinan AHY yang tidak punya jiwa kepemimpinan yang bagus.
Dalam waktu dekat, dua kadernya ditangkap. Ini sangat parah. Masyarakat pasti muak dan merasa jijik. Jangan sampai deh negara ini dikuasai kembali oleh Demokrat. Isinya sebagian adalah orang-orang yang banyak masalah.
Mari tenggelamkan partai ini. Tak usah terlalu buang energi, karena partai ini bakal tenggelam dari dalam, yaitu karena kelakuan kader sendiri. Biarkan kapal mereka pelan-pelan mengalami kebocoran halus tapi keliling, dan kemudian tenggelam.
Sungguh bodoh kalau ada partai politik yang masih mau berkoalisi dengan Demokrat. Sungguh aneh kalau ada yang mau berduet dengan AHY di pilpres 2024. Ini namanya cari penyakit.
Buat Demokrat, silakan renungi dan ratapi nasib ini. Asalkan jangan bikin tudingan sampah bahwa pemerintah sengaja mengincar kader Demokrat. Salah adalah salah. Semua adalah sama di mata hukum. Jangan play victim dengan melempar tuduhan yang tidak bertanggungjawab.
Demokrat jangan berharap bisa sukses di pemilu nanti jika tidak membenahi dan membersihkan partai dari benalu-benalu yang merusak partai. Demokrat akan tetap seperti biasa tanpa perubahan drastis. Demokrat tetap akan jadi partai papan tengah yang tidak dapat apapun.
Masa jaya Demokrat sudah berlalu. Masa keemasan di era SBY hanyalah sejarah yang takkan terulang lagi. Sayangnya mereka masih merasa hidup di era keemasan tersebut, padahal kapal sedang karam. Demokrat akan terus menjalani nasib sebagai partai yang makin terpuruk, baik oleh kepemimpinan lemah dari AHY dan masalah memalukan dari kadernya sendiri. Masih ingat dengan slogan katakan tidak pada korupsi?
Discussion about this post