Seperti biasa, begitu seseorang menyerang Pak Jokowi dalam sebuah video, dan video itu viral, kemudian mendapat banyak serangan, yang bersangkutan langsung membuat video permintaan maaf.
Seorang Cak Nun pun sepertinya tidak lolos dari godaan untuk mengikuti alur ini.
Hanya dalam hitungan hari, muncul sebuah video permintaan maaf di kanal milik Cak Nun sendiri. Seorang yang dilabeli budayawan dan entah sejak kapan turut mendapat label ulama itu terlihat berbicara dengan dua orang lainnya. Dia mengaku kalau dia disidang sama keluarganya, dihajar, dibodoh-bodohi, dan lain sebagainya karena dianggap tidak bijaksana. Terutama karena dia melakukan yang dia ajarkan untuk tidak dilakukan. Pengakuan ini diikuti dengan ucapan syukur bahwa dia memiliki keluarga yang memperhatikannya, dan dilanjutkan dengan doa memohon ampun pada Tuhan.
Setelahnya, dia meminta maaf kepada semua yang ‘terciprat menjadi tidak enak, menjadi menderita atau menjadi apa pun karena ucapannya.’ Sampan disini, timbul pertanyaan di benak saya. Kenapa dia nggak mau menyebut nama Pak Jokowi, LBP, serta para pengusaha yang sudah dihinanya habis-habisan? Jangankan itu, dia menyebut jelas kesalahannya dia saja juga tidak. Apa karena gengsi atau karena sebab lain? Atau seorang Cak Nun hanya sekedar mengikuti alur yang saya sebut di atas, ‘begitu viral, minta maaf’?
Sesudah minta maaf, saya duga, seperti yang dilakukan banyak pendahulu aliran Ahlu Viral Wal Ya Maaf ini, dia akan menyebutkan deretan alasan kenapa dia melakukan yang dia lakukan, alias minta maafnya nggak tulus karena dia ‘punya alasan,’ dan sesuai dugaan, itu pun turut dilakukannya. Yang mengherankan, dia bercerita bagaimana saat ini adalah era baru bagi alirannya sendiri, di mana dia menyebut mata kuliah aktivasi roh, keputusan serta cara berpikir roh.
Sudah merasa bingung hubungannya apa? Jangankan saya dan mungkin Anda semua yang menonton videonya, saya rasa kedua orang yang diajak Cak Nun bicara juga terlihat bingung dengan omongannya.
Kemudian, setelah menceritakan hal yang entah hubungannya apa dengan permintaan maafnya itu, yang lebih aneh, dia lalu menyebut-nyebut ‘kesambet sebagai bagian dari hidup manusia.’ Lha memangnya kejadian seseorang kesambet itu adalah sesuatu yang dapat kita jumpai setiap hari begitu baca berita? Apa ini adalah bagian dari modus ‘begitu kepergok salah, serahkanlah kesalahan itu kepada setan, nggak peduli yang bersangkutan sedang diam-diam di pojokan’?
Suatu ketika di masanya, saya memang sempat sedikit menyukai omongan-omongan seorang Cak Nun. Tapi, sebagaimana sebagian orang yang awalnya terdengar seolah logis dengan bahasa-bahasa tinggi padahal tidak jelas yang banyak bermunculan sejak permulaan terjadinya polarisasi di Pilpres 2014, dan diperparah kemunculan seorang Yohanes Anies Baswedan sang Master Tata Saja Katanya Tanpa Peduli Maknanya Apa itu, seorang Cak Nun pun sepertinya tidak lolos dari paparan ajaran Tata Kata Penuh Ketidakjelasan yang dipatenkan mantan DKI 1 yang bahkan baru-baru ini tanpa malu dipamerkan di luar negeri ketika dia memfitnah negaranya sendiri.
Akhirnya, sebagaimana banyak orang yang mungkin menyukai, atau bahkan mengagumi Cak Nun pada masanya, saya pun harus kecewa.
Tapi saya harus bersyukur, karena saya mungkin satu dari sebagian orang yang sudah menangkap perubahan arah Cak Nun sejak beberapa tahun lalu, jadi ulah Cak Nun baru-baru ini hanya membuat saya mengernyit, dan berpikir, “Rupanya Cak Nun juga menganut ajaran Mbah Amien Rais, yaitu ngomong aja dulu, nggak usah mikirin usia, apalagi malu sama usia. Toh nanti nggak akan diapa-apakan.”
Yah, seenggaknya Cak Nun masih mau minta maaf meskipun tidak jelas minta maaf sama siapa dan karena apa, mungkin karena faktor keluarganya juga, nggak seperti Mbah Amien yang keluarganya entah semuanya sudah sepemikiran dengan dia, atau sudah menyerah dan memilih untuk membiarkan Mbah Amien menikmati hidupnya sedikit lebih lama.
Cak Nun juga masih sedikit lebih baik dari Yohanes Anies Baswedan yang malah semakin getol menjual dirinya kemana-mana, termasuk ke luar negeri. Saya hanya berharap Master Ketidakjelasan ini tidak dibiarkan sampai level Zelensky, yang dengan tega membiarkan negaranya sendiri hancur lebur dijadikan medan perang. Seorang presiden yang bahkan sampai membuat hoax abad ini dan nyaris membuat Perang Dunia ke 3 meletus ketika G20 lalu ketika negaranya mengirim rudal ke Polandia dan menyebut itu ulah Rusia. Syukur pada Tuhan, Joe Biden masih eling saat itu dengan mengatakan Rusia bukan pelakunya, dan hoax presiden mantan pelawak itu tidak berakibat apa-apa kecuali ketegangan waktu itu saja.
Tapi ya saya rasa begitulah akibatnya kalau seorang pelawak dijadikan presiden, dan saya jelas tidak mau ini sampai terjadi di Indonesia. Biar bagaimanapun, kalau di Ukraina, manusia yang tidak jelas disana hanya presidennya. Kalau disini pelawak jadi presiden, bisa-bisa jumlah elit satu negara beserta tokoh masyarakatnya tambah banyak yang ikutan jadi tidak jelas seperti junjungannya. Jadikan Cak Nun sebagai peringatan agar ini tidak terjadi di Indonesia.
Discussion about this post