Hingga saat ini, koalisi yang direncanakan antara NasDem, PKS dan Demokrat belum juga terbentuk. Padahal kalau mau praktis, ya udah pasangkan saja Anies Baswedan dengan Agus Harimurti Yudhoyono. Gitu aja kok repot. Namun, kenyataannya ya memang nggak semudah itu. Nama AHY tidak disebut oleh Anies, ketika dia bicara soal kriteria cawapres yang bakal dipilih oleh Anies. Padahal kriterianya sudah sangat jelas dipaparkan oleh Anies. Ada 3 itu ya. Yang bisa memberikan kontribusi dalam kemenangan. Yang bisa membantu memperkuat stabilitas koalisi. Dan yang bisa membantu dalam pemerintahan yang efektif. Ketika itu, pada bulan Oktober tahun lalu, Anies dengan tegas menyatakan belum ada yang masuk dalam kriteria cawapres itu. Sampai sekarang juga belum ada kan?
Demokrat sendiri menyatakan bahwa pemikiran Anies soal kriteria cawapres itu sesuai dengan pemikiran AHY. Namun, hingga sekarang, AHY tidak juga jadi cawapres Anies. Harusnya, kalau memang sesuai, sehati dan selaras, ya udah jadian aja kan?
Padahal AHY sudah berulang kali belagak mengkritik pemerintahan Presiden Jokowi. Seperti mengkritik pembangunan infrastruktur dan soal utang negara. Bahkan sampai menyatakan bahwa rakyat merindukan era pemerintahan SBY, bapaknya, karena katanya saat itu rakyat hidup lebih baik. Yang terakhir ini, beberapa hari lalu, AHY kembali berpidato, soal utang yang dia sebut menumpuk dan cadangan devisa yang dia sebut kian menipis. Padahal menurut Bank Indonesia, cadangan devisa Indonesia pada Desember 2022 naik tuh.
Usaha AHY yang jungkir balik sok mengkritik pemerintahan Presiden Jokowi ini, bukannya menuai pujian. Malah jadi lelucon. Pertama, karena selama ini dia hanya bisa memuji-muji bapaknya sendiri. Kedua, AHY hanya bisa menyampaikan kritik secara satu arah. Coba berhadapan langsung dengan menterinya Presiden Jokowi, misalnya Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Berani gak AHY berdebat langsung dengan Menteri Sri Mulyani? Dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono? Dengan Menteri BUMN Erick Thohir? Hehehe…
Fahri Hamzah lah yang bisa mengungkap kelucuan ini. Jadi, menanggapi video AHY mengkritik pemerintah, Fahri Hamzah menyindir dengan menyebut kasihan AHY ngomong sendiri. Fahri juga mengusulkan bahwa ada stasiun televisi yang bisa memfasilitasi debat antara AHY dan perwakilan pemerintahan Presiden Jokowi. Ya bisa aja sih. Kembali lagi ke pertanyaan semula, apakah AHY berani?
Nah… Lagak AHY yang sok pinter daripada menteri-menteri Presiden Jokowi itu, tetap saja gagal bikin AHY menjadikan dirinya superior terhadap NasDem dan PKS. Tetap tidak bisa memaksakan dirinya jadi cawapres Anies. Dengan kata lain, AHY ini belum bisa meyakinkan NasDem dan PKS, serta Anies. Gimana mau meyakinkan rakyat seluruh Indonesia kan?
Saya kira, dalam waktu yang singkat, selagi masih ada waktu, harusnya AHY mencari cara agar dirinya punya posisi yang bisa berhubungan langsung dengan masyarakat luas. Ya masak nama AHY hanya ada di survei saja. Masuk media hanya ketika melemparkan kritik terhadap pemerintah. Yang nggak juga menuai pujian publik. Paling pujian datangnya dari massa Partai Demokrat. Masak jadi jagoan kandang melulu? Gimana bisa menambah massa atau ikut bertarung di Pilpres 2024?
Nah.. AHY kan katanya suka olah raga. Kegiatan AHY berolah raga kan pernah diposting di akun media sosialnya. AHY ternyata juga menyelenggarakan pertandingan bola voli memperebutkan piala yang diberi nama AHY Cup. Dan AHY tentu saja ikut merespon tragedi sepak bola Indonesia di Kanjuruhan.
Kenapa AHY gak sekalian aja turun langsung mengurusi cabang-cabang olah raga itu. Seperti organisasi olah raga voli seluruh Indonesia, PBVSI. Namun ternyata, pengurus PBVSI yang baru sudah dipilih dan dilantik pada bulan April 2022. Sementara untuk olah raga atletik, Luhut Binsar Pandjaitan sudah terpilih jadi Ketua Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) sampai tahun 2025.
Tinggal olah raga sepak bola. Which is merupakan olah raga paling populer di Indonesia. Di sini harusnya AHY bisa mendapatkan kesempatan untuk jadi lebih dikenal masyarakat luas. Seperti yang disebut oleh seorang pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali. Karena olah raga yang paling populer, maka sepak bola mendapat perhatian mayoritas masyarakat. Maka secara tidak langsung, siapa pun yang menjadi Ketua Umum PSSI akan juga populer.
Menurut Akmal, Ketum PSSI bisa lebih menarik perhatian publik dibandingkan dengan Presiden, karena selalu ada pertandingan sepak bola setiap minggunya. Akmal memberikan bukti tingginya popularitas jabatan Ketum PSSI, dari unggahan instagram Iwan Bule. Unggahan-unggahan yang berisi pemain tim nasional Indonesia kerap ditonton jauh lebih banyak dibandingkan unggahannya yang lain. Bahkan beberapa di antara unggahan itu telah ditonton jutaan kali.
Itu kenyataan ya. Memang sepopuler itu. Makanya saya heran juga, kenapa AHY gak ikutan daftar jadi Ketum PSSI? Ada beberapa nama populer yang mendaftar, termasuk Erick Thohir dan La Nyalla Mattalitti. Kalaupun kurang pede masuk bursa Ketum PSSI, kan bisa juga nyalon untuk jadi Wakil Ketua Umum. Ada puluhan nama yang masuk dalam daftar bakal calon Waketum PSSI.
Erick Thohir sepertinya jadi calon kuat Ketum PSSI ya. Ketika menyerahkan berkas pencalonan dirinya dalam bursa calon Ketum PSSI pada hari Minggu lalu (15/01), Erick Thohir didampingi oleh banyak figur publik, seperti Kaesang Pangarep, Raffi Ahmad dan Atta Halilintar. Serta para petinggi klub sepak bola seperti Direktur PT Persib Bandung Bermartabat, Teddy Tjahjono dan pemilik Bali United, Pieter Tanuri.
Saya kira dari masifnya pemberitaan soal pemilihan Ketum, Waketum dan anggota Komite Eksekutif (Exco), bisa disimpulkan bahwa jabatan di kepengurusan PSSI memang sebuah jabatan yang prestisius. Ya memang pendaftarannya sudah ditutup pada tanggal 16 Januari lalu. Tahapan sekarang adalah proses verifikasi. Nanti, awal bulan Februari, daftar calon tetap akan diumumkan. Sedangkan pemilihannya sendiri akan digelar pada Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI pada tanggal 16 Februari mendatang.
Nah.. Kenapa AHY melewatkan kesempatan ini ya? Seperti yang sudah saya sebut tadi, kalau pun gak pede nyalon jadi Ketum PSSI, kan bisa nyalon jadi Waketum. Seperti Pilkada 2020 yang juga tidak diikuti AHY sebagai peserta, maka sungguh sayang ketika AHY juga melewatkan pemilihan pengurus PSSI ini. Ya kita nggak tahu apa alasannya.
AHY harusnya berani untuk bertarung di luar kandang Demokrat. Sekalian ngetes nyalinya. Masak sekali waktu di Pilgub DKI 2017 itu saja. Sesudah itu, AHY mainnya di dalam kandang Demokrat saja. Seakan memagari dirinya sendiri dan tidak berani melangkah keluar kandang. AHY jadinya ya ngomong sendiri aja, seperti yang dikatakan oleh Fahri Hamzah. Masak seorang Ketum partai yang partainya masuk parlemen, hanya bisa ngomong sendiri di depan kamera, di dalam lingkup partainya saja. Seakan tidak berani berargumentasi dan berkompetisi dengan pihak-pihak di luar partainya. Kayak gitu mau nyapres? Ya wajar kan kalau Anies pun belum juga mau melirik AHY jadi cawapresnya. Lha wong bisanya juga hanya memamerkan Anies dan SBY. Bagaimana dengan prestasi dan kinerja AHY sendiri? Ok, kita serahkan itu ke AHY dan partainya ya. Kura-kura emang juara!
Discussion about this post