Sebuah hal mengejutkan ketika Surya Paloh, dedengkot Partai NasDem, partai politik pertama yang resmi mencapreskan Anies Baswedan, menemui Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar. Rangkaian kejutan setelah sebelumnya Surya Paloh juga bertemu dengan Presiden Jokowi. Paloh menemui Golkar di saat dia belum berhasil menyakinkan PKS dan Partai Demokrat untuk menjadi rekan dalam memperjuangkan Anies sebagai calon presiden.
Hal tersebut kemudian membuat PKS dan Partai Demokrat memberikan respon cepat atas manuver Paloh itu. Partai Demokrat memutuskan mendukung Anies, sikap yang kemudian diikuti oleh PKS.
Manuver Surya Paloh itu patut dicermati sebagai sebuah sikap ketidakyakinan atas masa depan koalisi yang sedianya akan dibentuknya bersama PKS dan Partai Demokrat. Paloh mulai membuka jalan lain demi mempertahankan eksistensi diri dan partainya, NasDem.
Ada beberapa hal yang membuat itu wajar dilakukan oleh Paloh. Suara partainya terancam tergusur bila meneruskan mencapreskan Anies. Terutama bila masih tetap bersama dengan PKS dan Partai Demokrat. Kedua partai politik itu berdasarkan hasil beberapa lembaga survei, diketahui sebagai pihak yang paling diuntungkan dari pencapresan Anies, alih-alih Partai NasDem sebagai partai pelopor yang pertama mendukung mantan Mendikbud itu.
Paloh tentu harus menyiapkan pintu keluar dari ancaman masalah tersebut. Mendekati Golkar menjadi salah satunya. Toh biar bagaimanapun suara NasDem akan lebih dekat ke Golkar.
Lalu apa yang sekiranya akan dilakukan Paloh dengan Anies-nya bila kemudian bersama dengan kubu Golkar?
Bukan tidak mungkin bila ada opsi untuk menurunkan level Anies Baswedan. Bisa saja Anies akan diplot sebagai cawapres saja bila kemudian Partai NasDem berkongsi dengan Golkar. Apalagi seperti diketahui, Golkar sebelumnya sudah membentuk kesepakatan dengan PPP dan PAN. Sepertinya Anies tidak akan banyak menemui penolakan dari kedua partai politik tersebut.
Tapi bukankah dengan telah adanya pernyataan dari PKS dan Partai Demokrat yang memutuskan mendukung koalisi dengan Partai NasDem, artinya angka Presidential Threshold sebagai syarat utama pencapresan Anies sudah terpenuhi?
Benar! Tapi bukankah itu secara elektoral Partai NasDem, tidak akan punya pengaruh yang positif? Bukankah seperti yang sudah disampaikan di atas bahwa pencapresan Anies tidak memberi efek ekor jas seperti yang awalnya diharapkan oleh NasDem?
Dengan mendekat ke kubu Golkar, bisa jadi langkah evaluasi dari Partai NasDem. Syukur Anies bila diterima sebagai cawapres, namun bilapun tidak, juga opsi yang lebih bagus lagi bagi NasDem. Surya Paloh berhasil menjauhkan partainya dari nama yang berpeluang menggerogoti suara dukungannya.
Discussion about this post