Ada-ada saja kelakuan orang zaman now. Memang sih sekarang adalah zamannya pamer. Pamer itu seolah sudah jadi kegiatan wajib jika sedang melakukan sesuatu yang dirasa beda, spektakuler, atau travelling.
Makan di restoran atau cafe viral, wajib foto-foto dan upload di medsos sebelum makan. Beli barang baru yang mahal atau branded, difoto lalu dishare ke medsos atau status WA (Sesekali saya juga melakukan itu sih, hehehe).
Tapi ini unik dan lucu. Demokrat yang kena getahnya. Kenapa?
Seorang WNI asal Karawang bernama Gibran, ditangkap polisi Arab Saudi. Ini Gibran bukan wali kota Solo ya. Ini Gibran yang lain. Dan jangan heran kalau misalnya ada kelompok usil yang bikin narasi Gibran anak presiden yang ditangkap.
Jadi orang ini ditangkap karena dia membentangkan bendera partai Demokrat. Dia kabarnya ditangkap polisi di Madinah, Arab Saudi.
Kabar ini dibenarkan oleh anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD Karawang Abas Hadi Mulyana. Jadi ini bukan kabar hoax.
Gibran ternyata anak Ketua DPRD Kabupaten Karawang Budianto. Gibran bersama dengan beberapa anggota pengurus DPC Partai Demokrat serta anggota Fraksi Demokrat DPRD Kabupaten Karawang diketahui sedang umrah berjamaah.
Selain kader Demokrat, mereka yang ikut dalam rombongan merupakan anggota keluarga, seperti anak, dan istri anggota fraksi tersebut.
Gibran membentangkan bendera Demokrat karena rasa syukur keberhasilan orang tuanya menjadi Ketua DPRD Karawang mewakili Fraksi Partai Demokrat. Saat ini memang orangnya sudah dibebaskan dan akan segera pulang. Tidak dijelaskan kenapa dia ditangkap usai membentangkan bendera Demokrat.
Kalau menurut saya dia ditangkap karena melakukan sesuatu yang tidak patut. Alasan paling logis adalah, itu tempat untuk ibadah, bukan tempat pamer atau membentangkan spanduk atau atribut entah apa. Mungkin polisi Arab Saudi curiga itu bendera apa sehingga pelaku ditangkap dan diinterogasi. Dan setelah mendapatkan kejelasan, dia baru dilepaskan.
Tapi apa pun itu, ini tindakan yang sangat memalukan. Kalau bikin malu Demokrat, masa bodo lah. Tapi ini bikin malu Indonesia. Agak konyol sih bawa bendera partai ke tempat yang sebenarnya tujuannya untuk ibadah umrah. Ungkapnya syukur bukan gitu caranya. Lebih tepatnya ini buat pamer ke orang-orang.
Masih ingat gak dengan satu orang yang pernah kabur ke Arab Saudi karena malu chat mesumnya terbongkar ke publik? Kenal orangnya, kan? Dia ini sempat tinggal beberapa tahun di sana. Suatu ketika dia juga pernah dipanggil polisi Arab Saudi karena ada bendera tauhid yang ditempel di dinding kediamannya. Sekarang dia sudah pulang dan sempat dikandangkan karena berlagak kayak preman pasar.
Setahu saya, aktivitas politik warga di Arab Saudi sangat dilarang. Warga negara asing tidak diperbolehkan membicarakan atau membawa aspek politis yang ada di negara asalnya. Pengibaran bendera itu dilihat sebagai simbol politik dibanding simbol keagamaan.
Makanya wajar pelaku yang membentangkan bendera Demokrat ditangkap karena itu dianggap sebagai simbol politik.
Makanya, belajarlah bijak di negeri sendiri sebelum berperilaku di negara lain.
Arab Saudi itu sekarang sedang berbenah besar-besaran. Tidak ada ruang untuk kegaduhan.
Di sini bisa seenaknya. Bebas kritik pemerintah. Bahkan banyak yang memfitnah dengan hoax dan hatespeech. Rumah ibadah dijadikan tempat politisasi. Di Arab Saudi, pasti jadi peyek kalau berani seperti itu.
Jangan samakan Indonesia dengan negara lain. Arab Saudi tidak sebebas di Indonesia dalam berdemokrasi. Berani menantang, bisa nangis bertahun-tahun. Bahkan pendakwah yang berani jualan khilafah pun bakal dipancung tanpa pengadilan. Apalagi warga biasa.
Indonesia harusnya mulai menerapkan ketegasan seperti ini. Siapa pun yang mempolitisasi rumah ibadah, tangkap dan tindak tegas. Berani provokasi politik, sikat sampai gundul. Dengan begini, negara ini baru bisa adem suhu politiknya. Kalau tidak, para sampah politik akan terus bertambah dan berkembang biak.
Demokrat akhirnya kena sial lagi akibat ulah dari anak kadernya. Kayaknya Demokrat ini sial terus deh dari tadi. Gak ada yang bisa dibanggakan dari partai ini. Di berita, selalu lebih banyak berita jeleknya.
Jadi, siapa pun yang mengkritik pemerintah Iindonesia otoriter, lebih baik pindah ke Arab Saudi dan teriaki pemerintah di sana. Kita lihat apa yang bakal terjadi kemudian.
Discussion about this post