Partai Demokrat memang jumawa. Kali ini, Partai Demokrat menaruh rasa kasihan kepada koalisi lain karena merasa bahwa Koalisi Perubahan sudah lebih maju.
“Progres (deklarasi), pasti progresnya ke sana. Kan kasian juga koalisi yang lain, nama capresnya belum ada. Kalau kita ini kan sudah apa ya, jauh lebih maju lah dari koalisi lain. Jadi kalau deklarasi bersama pasti, tinggal kita cari waktunya,” kata Wasekjen Partai Demokrat, Jansen Sitindaon, seperti dikutip dari detik.com.
Menurut Jansen, adanya calon presiden (capres) menunjukkan bahwa Koalisi Perubahan meyakini apa yang ingin dilakukan. Baginya, koalisi lain masih lihat-lihat sehingga tidak kunjung mengumumkan nama capres. Karena itulah, Jansen mendorong agar koalisi lain segera mengumumkan nama capres mereka.
Bagi saya, pernyataan kader Demokrat ini menunjukkan bahwa Demokratlah yang patut dikasihani. Bisa-bisanya kader Demokrat bangga dengan capres yang sudah ditunjuk oleh Koalisi Perubahan. Anies itu bukan kader Demokrat. Yang memulai pencapresan Anies juga bukan Demokrat. Masak hal seperti ini kok dibanggakan? Apa sudah tidak ada hal lain yang bisa dibanggakan? Kasihan sekali.
Pernyataan itu juga mengandung pancingan agar koalisi lain segera mengumumkan capresnya. Bisa jadi tujuannya adalah untuk mengetahui siapa lawan yang akan dihadapi. Hal ini penting agar strategi yang dirancang bisa lebih pas. Sekarang ini, pihak Koalisi Perubahan kemungkinan masih meraba-raba soal strategi karena belum tahu siapa yang akan dilawan.
Dengan pancingan itu, pihak Demokrat seolah putus asa menanti koalisi lain mengumumkan capresnya. Demokrat seolah takut bahwa koalisi lain akan terus memainkan isu melawan capresnya tanpa bisa memberi perlawanan karena capres pihak lain belum diketahui. Keputusasaan Demokrat ini patut pula dikasihani.
Selain itu, kader Demokrat mestinya berkaca bahwa ketua umum mereka tidak laku untuk menjadi pendamping capres yang mereka usung. Seorang ketua umum partai anggota koalisi yang mempunyai survei lumayan untuk menjadi cawapres tetapi tidak dilirik sama sekali. Dalam keadaan seperti itu pun Demokrat seolah tidak bisa berontak atau bersuara dan ikut saja arus di koalisi. Bukankah hal ini layak dikasihani?
Partai Demokrat semakin layak dikasihani karena kadernya banyak yang bermasalah. Lukas Enembe ditahan KPK karena kasus korupsi. Memang sudah biasa sih ada kader Demokrat yang korupsi tetapi tetap saja kasus ini membuat Demokrat makin terpuruk. Ada juga Syahruddin M Noor yang melaporkan perempuan yang menyebarkan video porno dirinya padahal perempuan itu bukanlah istrinya. Tambah buruk deh citra partai ini. Kasihan kan?
Karena itulah, kader Demokrat sebaiknya mengasihani partai mereka sendiri terlebih dahulu. Janganlah merasa hebat dan mengasihani pihak lain karena Demokrat sedang tidak baik-baik saja.
Discussion about this post