Setelah resmi didukung oleh PKS, Anies langsung tancap gas pamer pesona, sekaligus pamer kemampuan mengolah kata-kata saat acara Rapat Kerja Nasional atau Rakernas PKS kemarin.
Ada dua hal yang dia singgung. Yang pertama adalah, dia bilang, PKS dalam mengusungnya di pilpres bukan hal mudah. Dia memuji PKS yang sudah mengawal dia sejak Pilgub DKI Jakarta 2017.
“Saat PKS melewati perjalanan untuk memutuskan, PKS melewati jalan perjuangan yang tidak mudah. Banyak rayuan, banyak tekanan dan juga mungkin ada ancaman,” kata Anies di acara deklarasi.
“Kami merasa sangat terhormat untuk secara resmi menerima pencalonan sebagai calon Presiden Republik Indonesia tahun 2024-2029 dari Partai Keadilan Sejahtera, ini sebuah amanah besar yang kami emban dengan teguh dan siap bekerja keras bersama dengan partai-partai pengusung untuk membawa perubahan bagi Indonesia,” kata dia.
Lebay lagi deh. Apa maksudnya dengan banyak rayuan, tekanan dan ancaman? Ini adalah jurus play victim yang basi, yang sudah bosen di telinga banyak orang. Entah siapa yang mau menekan PKS untuk tidak mengusung Anies. Justru selama ini PKS lah yang tarik ulur, terlalu banyak pertimbangan untuk mengusung Anies. PKS dulu ingin mencalonkan Aher sebagai wakilnya Anies. PKS saat ini hanya tidak punya jalan lain selain terpaksa harus dukung Anies.
Seolah PKS sangat ditakuti. Seolah Anies ini sangat kuat dan dicemaskan di mana-mana. Ramein orang aja harus lewat undian berhadiah macam-macam. Agak menggelikan melihat cara mereka mempresentasikan diri. Terlalu berlebihan. Dilempari telur busuk lah, didemo lah, diancam lah, mau dijegal pemerintah lah, konspirasi alien lah, ulah Kang The Conqueror lah (yang udah nonton Ant Man pasti paham).
Lemah banget mentalnya. Dikit-dikit merasa terzolimi. Disenggol sedikittttt aja langsung curhat seolah ditinju sampai hidung berdarah. Mereka sedang menjadi sosok teraniaya supaya dapat simpati. Seolah mereka pembela kebenaran yang sedang dihalangi dan diganggu oleh orang jahat.
Yang kedua adalah, Anies menilai jabatan Gubernur DKI Jakarta sama halnya seperti tahanan kota. Pasalnya, tugas dan fungsi jabatan gubernur hanya berada di dalam satu kota.
“Tugas di Jakarta itu secara resmi namanya gubernur, praktiknya tahanan kota karena tidak bisa pergi ke mana-mana,” kata Anies dalam sambutannya.
Ah, masa?
Pada April 2018 lalu, Anies pernah ke Turki dan ketemu Erdogan buat pencitraan. Bukankah itu keluar Jakarta?
Pada Juli 2019, Anies ke New York untuk bertemu dengan lembaga pengelola Formula E untuk negosiasi agar Jakarta menjadi tuan rumah Formula E. Bukankah itu keluar dari Jakarta?
Beberapa kali, Anies pernah ke luar negeri, jadi apa maksudnya tidak bisa pergi ke mana-mana? Sebuah kalimat dengan bahasa hiperbola yang norak. Tahanan kota ya tidak bisa keluar dari kota itu.
Anies memang pintar mengolah kata dan membuat istilah baru yang terdengar keren. Justru sejak jadi gubernur, Anies bebas lakukan manuver politik apa pun yang dia mau, bukan seperti tahanan.
Anies mengklaim bahwa DKI Jakarta tumbuh dengan rasa aman dan suasana yang terjaga dalam bingkai kesatuan di bawah kepemimpinan. Dia juga menegaskan, kesatuan menjadi ikhtiar yang mesti diwujudkan bersama.
“Bukan hanya terjaga, tumbuh besar dalam suasana aman dan terjaga suasana kebhinekaan terbingkai dalam kesatuan. Kebhinekaan adalah karunia Allah, tapi kesatuan adalah ikhtiar kita dan di Jakarta ikhtiar itu kita wujudkan bersama,” katanya.
Anies mengakui menerima banyak aspirasi dari masyarakat saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Ketika dideklarasikan sebagai bakal capres oleh Nasdem, safari politik yang dilakukan ke berbagai daerah Indonesia menambah banyak aspirasi masyarakat yang menginginkan perubahan.
Koalisinya bernama koalisi perubahan. Anies tawarkan perubahan. Rakyat memang inginkan perubahan tapi perubahan yang lebih baik lagi, dan itu tidak bisa diwujudkan oleh Anies. Spesialisasi Anies adalah membuat kemajuan menjadi sebuah kemunduran, mengacak-acak apa yang sudah rapi dan menghancurkan apa yang sudah bagus. Memang sih ini perubahan, tapi arahnya menuju kesemrawutan.
Jakarta berubah jadi mundur. Mungkin inilah yang mau dicopy paste ke seluruh Indonesia.
Discussion about this post