Padahal Anies sangat jago tata kata, pintar bikin istilah baru, tapi kok slogan dan tagline yang dipilih Anies sangat memalukan?
Di era Anies, kita dibikin terpukau oleh istilah-istilah yang tak pernah didengar sebelumnya, misalnya normalisasi sungai jadi naturalisasi sungai. Taman banjir dibilang tempat parkir air. Rumah susun disebut rumah lapis. Markup disebut kelebihan bayar. Rumah sakit diganti namanya jadi rumah sehat.
Harusnya tambahin lagi rumah makan jadi rumah kenyang.
Tapi beberapa hari Anies seperti hilang kreativitas. Yang pertama adalah slogan Maju Kotanya Bahagia Warganya, yang kemudian dia ganti hanya dua kata menjadi Maju Negaranya Bahagia Rakyatnya. Gak kreatif.
Yang kedua, bisa dibilang Anies plagiat atau mencuri tagline dari orang lain.
Tagline DKI Jakarta yang sekarang yaitu Sukses Jakarta Untuk Indonesia adalah buatan Pj Heru Budi setelah menggantikan Anies.
Anies mengaku akan membawa tagline ini dalam pilpres 2024.
Sungguh tak tahu malu. Padahal dengan kemampuannya, dia bisa bikin tagline dan istilah baru. Kenapa harus pinjam tagline pihak lain?
Lucunya lagi, PKS malah pasang badan, dan membela Anies. PKS bilang itu hal yang wajar karena Anies dinilai sudah berhasil melakukan pekerjaannya.
“Beliau sebelumnya Gubernur DKI Jakarta dan telah berhasil membangun Kota Jakarta yang lebih baik, ramah, indah, aman dan nyaman,” katanya.
PKS ini mulai jadi seperti buzzer kelas kakapnya Anies. Apa pun kesalahan Anies, wajib dibela sampai titik napas penghabisan. Plagiat kok dibilang wajar. Gimana kalau slogan PKS dicomot dan dipakai seenaknya? Mereka pasti akan marah juga, kan?
Kalau saya prediksi, kalimat ‘Sukses Jakarta untuk Indonesia’ itu dibutuhkan Anies karena Anies adalah mantan gubernur DKI, dan dia butuh sebuah narasi supaya orang-orang ingat bahwa dia sukses membangun Jakarta.
Jakarta gagal di tangan Anies. Anies mau membalikkan narasi ini lewat sebuah narasi, dan kebetulan tagline dari Pemprov DKI saat ini dirasa cocok dengan keperluan Anies.
Sukses Jakarta untuk Indonesia.
Anies sukses membangun Jakarta, sekarang giliran sukses membangun Indonesia. Masuk akal, gak?
Atau jangan-jangan justru Anies akan menggunakan tagline ini lebih sering sehingga masyarakat yang merasa bahwa tagline tersebut adalah buatan Anies, bukan Heru. Sudah rahasia umum kalau Anies suka mengklaim secara halus dan seolah mau menggiring opini bahwa itu adalah kerjaannya.
Anies meminjam tagline ini untuk kepentingan politiknya. Apa pun ceritanya, Anies hanya punya rekam jejak di Jakarta. Rekam jejak semasa jadi menteri tidak bisa dipakai karena daya rusaknya sudah tidak terobati. Anies pernah dipecat.
Bagaimanapun juga, Anies tidak pernah mengungkit soal jadi menteri. Dia lebih sering cerita soal pengalaman memimpin Jakarta. Pengalaman jadi menteri sudah tidak bisa diutak-atik dan dijadikan prestasi.
Sedangkan pengalaman di Jakarta masih bisa dipelintir untuk tujuan pengibulan.
Yang waras sudah tahu kalau Anies tidak bisa kerja. Apa yang dia lakukan hanya sebatas cuap-cuap dan mengganti istilah. Sebenarnya dia cocok disebut sebagai Bapak Ganti Istilah. Kerjanya hanya tebar pesona dan pencitraan overdosis. Program-programnya sebenarnya hanya ganti istilah. Naturalisasi sungai sebenarnya adalah normalisasi sungai. Rumah DP Nol rupiah adalah rumah biasa, yang dipasarkan sebagai rumah terjangkau padahal mahal. Tidak mau menggusur tapi tetap ada penggusuran.
Tapi ini masih bisa dipelintir menjadi sebuah kesuksesan palsu. Di sinilah pentingnya gagasan dan kata-kata. Coba ingat-ingat lagi, dulu Anies pernah bilang jangan pernah remehkan kekuatan kata-kata dan gagasan.
Di sinilah strategi Anies terbaca. Dia pakai narasi ‘Sukses Jakarta untuk Indonesia’ untuk mempengaruhi publik. Tagline ini ibarat slogan marketing untuk mempengaruhi pemikiran masyarakat.
Semakin sering digaungkan, lama-lama akan jadi sebuah kebenaran. Sukses Jakarta mau diidentikkan dengan nama Anies. Kemudian dikerahkan para buzzer-buzzer dan komplotan pendukung fanatik yang siap menyebarkan narasi ini.
Segala kekurangan dan kebobrokan yang terjadi di era Anies mau ditutupi dengan sebuah narasi dan gagasan. Hanya orang bodoh yang percaya dan sayangnya memang masih banyak yang bodoh dan mau dibodoh-bodohi.
Anies mulai turun mutunya. Kemampuan menata kata mulai menurun sampai-sampai harus pinjam tagline orang lain. Memalukan. Bayar tuh konsultan atau copywriter profesional untuk dibikinkan satu slogan powerful.
Kalau mau yang gratis, saya bisa kok bikin satu tagline buat Anies. Contohnya gini.
Anies presiden, bahagia oligarki.
Discussion about this post