Sepertinya AHY jadi Cawapres Anies sudah harga mati bagi Partai Demokrat. Pasalnya dari dulu terus saja menyodorkan nama mantan ketua Korgasma itu agar jadi teman duet Anies.
Sudah ditolak secara terang-terangan oleh NasDem dan PKS, tapi sampai kini Partai Demokrat masih terus berusaha.
Melihat apa yang terjadi sekarang, partai berlambang bintang Mercy itu nampak lebih hina dari pengemis lagi. Kenapa? Karena kalau pengemis, ketika dia minta lalu ditolak, dia akan pergi.
Sedangkan Partai Demokrat sudah minta, ditolak, minta lagi, diancam agar jangan memaksa orang untuk memenuhi keinginannya, minta lagi.
Gak sesuai banget dengan isu yang diangkat yakni ‘AHY berprestasi’.
Karena kalau orang nomor satu di Partai Demokrat itu benaran berprestasi, partai lain pasti akan berebut untuk mengusungnya sebagai Capres. Bukan Cawapres.
Lha yang ini, mau jadi Cawapres saja gak laku. Hehehe
Mungkin karena begitu kesalnya NasDem kala itu karena terus-terusan disodorkan nama AHY, sampai-sampai mereka mengancam koalisi perubahan akan bubar. Padahal terbentuk saja belum.
“Saya pernah mengatakan bahwa kalau ada partai (Demokrat) yang memaksakan keinginannya atau mengunci, atau memberikan syarat tertentu (AHY jadi Cawapres) untuk mendukung Anies, maka saya pastikan koalisi ini akan bubar, tidak akan terjadi,” ujar Waketum NasDem Ahmad Ali waktu itu dengan nada kesal.
Ali pun menuturkan, yang diharapkan NasDem, partai pengusung Anies tidak memberi syarat tertentu seperti kadernya harus jadi Cawapres.
“Saya berharap mitra koalisi kita juga memiliki pandangan yang sama. Dia tidak boleh bicara tentang kepentingan partainya,” lanjutnya lagi.
Terakhir, Ali memberi peringatan agar Partai Demokrat jangan membuat analisa sendiri bahwa AHY figur yang paling tepat untuk mendampingi Anies. Karena itu tidak fair.
Memang kalau diperhatikan, yang setuju AHY jadi Cawapres Anies hanya kader Partai Demokrat doang plus buzzernya. Sedangkan pendukung Anies yang lain, seperti Musni Umar malah lebih setuju Khofifah sebagai teman duet Anies. Lantaran Musni meyakini betul Gubernur Jatim itu basis massanya lebih besar dibandingkan AHY. Meskipun AHY menjabat sebagai ketua umum partai.
Sementara kader Partai Demokrat sibuk mengeluarkan analisa-analisa subjektif. Seperti Jansen Sitindoan pernah mengatakan, AHY bisa menjaga stabilitas Pilpres jika ia jadi Cawapres Anies.
Sedangkan Ketua DPD Partai Demokrat Kaltim Irwan Fecho mengatakan, pasangan Anies-AHY sangat dinanti-nantikan oleh rakyat Kaltim. Dan jika Anies-AHY berpasangan akan menjamin kemenangan di provinsi tempat IKN itu.
Padahal kita tahu sendiri bahwa kader Partai Demokrat di Kaltim sana banyak yang bermasalah. Mulai dari mantan Bupati Penajam Paser Utara yang juga mantan Ketua DPC Partai Demokrat Balikpapan Abdul Gafur Mas’ud tersandung kasus korupsi. Hingga mantan Bendahara DPC Partai Demokrat Balikpapan Nur Afifah Balqis juga tersandung kasus yang sama.
Si Nur ini tercatat sebagai koruptor termuda di Indonesia yang pernah ditangkap KPK. Yang mana kala itu saat dicyduk usianya masih 24 tahun.
Sementara, Ketua DPRD Penajam Paser Utara yang juga menjabat sebagai Ketua fraksi Partai Demokrat di DPRD Penajam Paser Utara Syahrurdin M Noor memang tidak tersangung kasus korupsi tapi tersandung kasus asusila.
Jadi dengan kondisi kader partainya yang gak ada akhlak seperti itu, bagaimana mungkin Partai Demokrat bisa menang di Kaltim?
Apalagi Irwan Fecho kan bukan termasuk orang yang paling berpengaruh di sana, sehingga sulit bagi dia untuk meyakinkan massa agar mau mendukung pasangan Anies-AHY.
Nah, untuk meredam ulah kader Partai Demokrat yang terus-terusan ngemis minta tiket Cawapres tersebut, NasDem akhirnya menggunakan strategi baru. Kalau sebelumnya menggunakan cara kasar yakni dengan mengancam koalisi perubahan akan bubar, kali ini NasDem memberi harapan palsu kepada Partai Demokrat yakni dengan mengatakan AHY Cawapres terbaik bagi Anies.
“Tapi kalau ditanya (siapa yang) pantas (jadi cawpres Anies), sekali lagi saya katakan (AHY) lebih dari pantas,” ujar Surya Paloh beberapa waktu yang lalu dengan nada seperti tanpa bersalah.
Pertanyaannya, kenapa pernyataan Ketum NasDem itu hanya PHP?
Karena hanya omong doang tapi tidak ada tindakan konkret yang dilakukan.
Kalau dia memang meyakini AHY Cawapres terbaik bagi Anies tentu tidak menunggu waktu lama setelah ngomong itu akan langsung deklarasi mendukung pasangan Anies-AHY.
Dan kalau melihat apa yang terjadi saat ini, Partai Demokrat menyadari itu, bahwa mereka telah di-PHP oleh Surya Paloh.
Sehingga kegiatan ngemis (minta tiket Cawapresnya) lanjoot lagi.
Kali ini yang dilakukan adalah bikin video yang memproklamirkan pasangan Anies-AHY.
Yang mana video itu diunggah di akun Twitter milik Cipta Panca Laksana, @panca66
“Dengan mengharap ridho Tuhan yang maha kuasa, kami jiwa Demokrat, kader Partai Demokrat, menyatakan bahwa atas nama UU yang mensyaratkan adanya pasangan calon untuk mengikuti Pilpres maka kami mendeklarasikan Anies-AHY sebagai Capres-Cawapres RI 2024. Kami mendeklarasikan bahwa pasangan Anies-AHY agar mengusung semangat perubahan demi mewujudkan Indonesia maju pada 2045,” demikian sepenggal pernyataan yang ada di dalam video tersebut.
Hahaha
“Kami meyakini bahwa yang harus dibela mati-matian bukanlah hasrat berkuasa tapi membela yang lemah dan rasa keadilan bagi orang banyak,” demikian pernyataan penutup dalam video tersebut.
Kelihatan banget gak nyambung antara perkataan dengan perbuatan. Ngomongnya yang harus dibela mati-matian bukan hasrat berkuasa, tapi kelakuannya malah ngemis-ngemis minta tiket Cawapres supaya bisa berkuasa.
Kan gak ada akhlak itu namanya.
Sama persis dengan slogan yang digaungkannya dulu ‘katakan tidak pada korupsi’ tapi mereka malah korupsi berjamaah.
Wajar bila kemudian AHY gak laku-laku.
Discussion about this post